Deng Ile: Nrengngeng Sebagai Pemersatu Masyarakat

Juni 13, 2012

Nrengngeng Sebagai Pemersatu Masyarakat


Kegiatan Berburu Adalah kegiatan yang dilakukan di banyak wilayah di indonesia, Mulai dari Masyarakat sampai Tokoh Masyarakat Semua ikut berkumpul, "Maksudnya bukan cuma ngumpul-ngumpul tapi juga ikut Berburu" Kegiatan yang sangat kental dengan kebersamaan dan persatuan ini tentunya sangat mencirikan Indonesia didalamnya. dan kayaknya sangat layak dimasukkan kedalam ketegori hal-hal #PalingIndonesia di Indonesia

Menurut sejarahnya dari kampung saya, Berburu atau dalam bahasa Bugis "Rengngeng" adalah merupakan kebiasaan bangsawan kerajaan yang menjadikan berburu sebagai hiburan dan latihan bagi pasukan kerajaan.

Tapi sekarang kegiatan ini agak sedikit beda lagi, ini diadakan untuk membantu para petani-petani dalam mengurangi serangan hewan-hewan yang bisa merusak tanaman atau lahan mereka, Sehingga kegiatan ini kemudian dijadikan perhelatan yang rutin untuk di laksanakan. biasanya kegiatan ini diadakan pada masa - masa sebelum panen atau atau sebelum masa tanam baru, ini di maksudkan agar tanaman-tanaman petani setempat tidak diganggu selama dimulainya masa tanam sampai masa panen itu sendiri,

Tak kurang puluhan babi hutan biasanya bisa didapat pada setiap perburuan, dan hasilnya akan di bagikan ke orang - orang yang membawa anjing untuk berburu, ini juga menjadi panorama yang menarik ketika hasil dari perburuan sudah di bagikan. Beda halnya jika perburuan di khususkan untuk hewan seperti Rusa maka cara pembagiannya adalah semua yang hadir dan orang sekampung harus mendapat bagian , memang ada aturan yang berlaku sejak dahulu tentang pembagian hasil ini, jadi tak pernah ada yang merasa terdiskriminasi.

kegiatan ini biasanya dipimpin oleh seorang Ponggawa yang ditunjuk langsung oleh warga setempat untuk mengurus segala persiapan - persiapannya. kebanyakan pada setiap ajang seperti ini yang diangkat sebagai ponggawa adalah seorang kepala desa, kepala dusun, atau tokoh masyarakat yang terkenal. Semakin banyak warga yang ikut maka kegiatan ini akan dianggap berhasil, maka dari itu seorang Ponggawa haruslah orang yang dikenal dan punya banyak link ke daerah-daerah lain.

Perhelatan akbar ini biasanya juga selalu di hadiri oleh kepala daerah dan orang - orang yang duduk dikursi Anggota Dewan, karena selain memang banyak dari mereka yang suka dengan kegiatan berburu seperti ini juga karena mereka sengaja diundang untuk duduk bersama di tengah-tengah masyarakat, semua elemen masyarakat diundang dan boleh ikut berpartisipasi di kegiatan ini, karena disinilah ajang yang paling tepat untuk bertukar pikiran secara langsung antar masyarakat dan pemimpin-pemimpinnya. begitu pula sebaliknya, mereka saling terbuka dan bebas dalam berbicara, layaknya seorang teman dan seperti tak ada jurang pemisah di antara mereka.

Ajang berburu ini bahkan bisa memakan waktu beberapa hari jika area yang dipatok juga cukup luas. Ponggawa memilih dan menentukan daerah perburuan, dan yang jadi lokasi adalah yang sering di lewati atau di tempati oleh hewan buruan, seperti Hutan, Gunung dan Semak. dan tentunya tidak terlalu jauh dari lahan atau kebun-kebun petani,

Kegiatan ini di awali dengan persiapan - persiapan seperti pengurusan izin ke kepolisian setempat dan kecamatan , juga di tentukan pulalah hari yang baik dan cocok untuk berburu, dalam perhitungan orang bugis memang ada hari yang bagus untuk berburu dan hari yang kurang baik. dan biasanya hitungan ini selalu dipakai di setiap penentuan tanggal untuk acara seperti ini. kemudian barulah Ponggawa mengundang warga sekitar dan warga daerah tetangga untuk ikut berpartisipasi, dan tidak lupa pula juga harus ada yang mengurus masalah konsumsinya, biasanya warga kampung yang mengadakan acara yang menjadi penyedia konsumsi, dan akan disajikan pada hari perburuan itu sendiri, jumlah undangan yang datang biasanya juga dipengaruhi oleh ini, untuk soal makanan ada konsep di bugis yaitu "Maggere" artinya memotong hewan seperti sapi, kuda atau kerbau, ini menandakan acara ini sangat spesial dan orang orang akan ramai berdatangan.

kegiatan ini akan dimulai pada waktu pagi dan akan selesai pada siang hari, selanjutnya barulah semua orang yang ikut berburu harus berkumpul,biasanya dipilih tempat yang luas seperti lapangan. Semua hasil buruan di kumpulkan di satu tempat untuk kemudian di bagikan, dan juga disini semua yang baru kembali dari berburu diberi sajian makanan yang memang sudah dipersiapkan oleh warga kampung sekitar, dan menu utama dalam santapan ini adalah buras "burasa" ikan bakar dan Peco-Peco "kacang ijo yang di rebus lalu dihaluskan" makanan ini meskipun sederhana tapi selalu saja terasa nikmat, ini pasti karena dimakan bersama-sama "dalam pikiran saya". dan menurut Mitos jika kita Makan di acara ini atau makan makanan dari acara ini , kita tidak akan terkena penyakit yang disebabkan oleh mahluk halus "tikkengeng" tapi wallahualam, ini lain lagi pembahasanya. dan satu lagi yang tak jarang lepas dari acara ini yaitu juga ada acara music yang di selipkan untuk menghibur para tamu dan undangan. biasanya Elektone "grup music yang populer di kampung bugis" dan biasanya mainnya bisa sampai larut malam. itulah mengapa hari berburu memang banyak ditunggu - tunggu oleh masyarakat dan dilaksanakan secara meriah, mungkin dalam pikiran mereka kegiatan satu ini terlalu sayang untuk dilewatkan, karena memang ini merupakan ajang yang asyik sekali.

Hari itu seolah lokasi perburuan menjadi Circle Of The Moment, Semua jadi satu dan larut dalam satu kegiatan, Melingkar dalam bingkai persaudaraan, Sungguh menurutku "Tak lebih baik bangsa indonesia jika tidak dalam Persatuan".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post a Comment